Selasa, 20 Mei 2008

Vancouver, Kanada

The Fairmont Hotel Vancouver, 7 Maret 2005

Pagi ini jam 4:30 local time hari ke-7 Maret 2005, aku sudah bangun, karena sudah tidak bisa tidur lagi. Mungkin ini yang namanya jet leg. Ini malam pertama aku tinggal di Vancouver, BC. Uff, perjalanan yang cukup melelahkan dari Bandung-Gambir dengan KA, Gambir-Cengkareng dengan Bus, Cengkareng – Taipei, nunggu untuk transfer selama 3,5 jam di Bandara Chiang Kai Sek, dan Taipei – Vancouver selama 12 jam dengan penerbangan pesawat. Total waktu perjalanan kurang lebih 24 jam.
Gambar 1. Anggrek di Chiang Kaisek Airport Taiwan

Untung beberapa waktu yang lalu ada teman yang menyarankan untuk pasang Islamic Finder, jadi saya langsung bisa set up notebookku dengan jadwal waktu sholat lokal. Setelah sholat shubuh (jam 6:16) dan baca Al Qur an, aku mulai baca dokumen yang akan dirapatkan tanggal 8 Maret nanti. Sambil nonton tv aku mulai menulis untuk mulai mencatat kegiatan ku kali ini. Di sini ternyata ada acara Blue Clue’s tentang mengajarkan sesuatu ditemani anjing blue yang selalu memberikan clue dan diputar di salah satu televisi di Indonesia. Biasa di Bandung ketika sedang minum kopi sebelum berangkat ke kantor aku nonton tayangan ini.

Tadi malam setiba di hotel, kita bertiga sempat nyari makan makan di luar meskipun keadaan gerimis. Di bulan Maret rata – rata curah hujan di Vancouver memang masih cukup tinggi, kalau menurut website travel agent, yaitu hingga 105 mm. Kota ini banyak penduduk Asianya. Hal ini terlihat di jalan – jalan terlihat etnik Cina, India, Philipina dan Indochina sudah native di sini dengan membuka toko-toko di jalan – jalan utama. Karena sudah agak capek akhirnya kita putuskan untuk makan di restoran terdekat, yaitu Red Robin. Aku memesan Burger Banzai dan orange juice dengan apetizer chicken dan kentang. Ukurannya wuih besar amat hehe. Ga habis deh! Di sebelahku lagi ada anak – anak teenager pada ngerayain ultah, porsi segitu pada habis loh.
Gambar 2. China Town di Kanada

Biasanya selama ini aku pergi abroad hanya di kawasan Asia dan Australia, walaupun pernah beberapakali merencanakan dan gagal ketika mau ke San Diego dan Stockholm. Ga papa lah ternyata ini, it is matter of time, hanya masalah waktu saja. Dari Vancouver ini kami akan menyeberang perbatasan ke Seatle, US. Tapi aneh nih, hotel dengan harga $495 kok gak nyediain sandal, sisir, sikat gigi dan odol ya, padahal aku ga bawa dari Indonesia...:-(. Untung aku bawa sikat dan odol yang disediain di pesawat tadi malam. Yah ga sisiran ga papa lah, asal dikasi minyak rambut kan sudah cukup rapi. Toh rambutku mau disisir maupun tidak ga ada bedanya!

Fairmont Hotel Vancouver, 8 Maret 2005

Kemarin siang, setelah sarapan pagi di Restoran Hotel, kita langsung mempersiapkan untuk perjalanan city tour. Ada dua agenda yang kita lakukan, yaitu pertama jalan – jalan seputar kota Vancouver dan yang kedua city tour dengan travel agent untuk mengunjungi wilayah sekitar Vancouver.

Hotel kami terletak di jalan George Viaduct, di downtown Vancouver. Jalan keluar dari hotel kita pergi menuju ke Fairmont Waterfront, yaitu suatu pantai seperti pelabuhan dimana kita bisa melihat peninggalan – peninggalan perang pada tahun 1940-an. Di sana ada gedung teater British Columbia Stadium Palace dan museum tentara angkatan laut Kanada, dan di luarnya kita bisa melihat foto – foto tentara yang berjasa mempertahankan perang waktu itu, di Front Bering. Setelah puas menggambil gambar di wilayah itu kita bergerak menuju pusat perbelanjaan barang dan souvenir Kanada. Aku pengin beli topi polisi kehutanan Kanada (Royal Canadian Montain Police-RCMP) yang khas itu.


Gambar 3. Gass Town


Satu – persatu toko kami datangi, dan hemmm….ternyata barang-barangnya lumayan mahal …at least for mine….hehe. Tapi setelah berkali – kali masuk ternyata aku tidak dapat menahan juga untuk membeli jaket dengan harga saya pikir affordable lah buat kantong saat itu, CAN $78 termasuk pajak. Tadinya aku juga mau beli banyak – banyak untuk cindera mata, tapi eit tunggu dulu kita harus lihat – lihat yang lainnya sebelum memutuskan untuk beli. Karena biasanya di sana – sana nanti akan lihat bahwa ada harga yang lebih murah dan barangnya tidak kalah bagusnya. Gara – gara aku beli dua temanku yang lain juga ikut2an beli jaket dan oleh2 buat istri dan anak2nya. Ketika menunggu teman2 lagi milih2 aku diajak ngobrol dengan penjaga tokonya. Gadis muda berwajah hispanic. Dia nanya apakah kita dari Mexico? Oh salah kita dari Indonesia. Ternyata dia orang dari Peru, yang sedang sekolah disini dan bekerja sambilan. Katanya banyak juga loh orang Indonesia yang tinggal di Vancouver. Satu hal yang saya lihat adalah memang Vancouver kotanya sangat ramah. Mereka sangat welcome so far. Mulai dari ketika kita masuk ke restoran hotel, lihat jaket di hotel, bahkan dimanapun mereka hemmm…sangat menghormati setidaknya dengan kata how’s everything? hi have a good day? Dan thank you eventhough we don’t buy anything from them.
Setelah itu kita keluar dan melihat jam yang digerakkan dengan pipa gas dari bawah tanah -Gastown Steam Clock di Gastown, yang sangat terkenal karena keunikannya. Setiap ¼ jam jam tadi akan berbunyi dengan westminter chime, seperti nada yang sering kita dengar di station kereta api itu. Di sini letaknya dengan Chinatown jadi sudah pasti diketahui akan banyak perbelanjaan, meskipun banyak juga yang jualan orang – orang beretnik India dan asia lainnya.

Karena bawa barang – barang belanjaan, maka kami memutuskan pulang dulu sekalian makan di restoran hotel serta tentu saja untuk sholat dhuhur-ashar. Kami memesan city tour dari concierge hotel jadi tagihannya langsung include di-bill biaya hotel. Bersama kami ada dua orang dari Ontario, cewek yang satunya berwajah latin …sangat cantik. Sedangkan yang satunya bule biasa saja. Jadi dalam satu bis kami hanya berlima, biasanya sampai 40-an orang.

Perjalanan kami adalah menuju ke nort vancouver dimana tujuan akhir adalah menuju puncak dari kota vancouver yaitu Grouse montain. Sebelum itu kita akan melakukan adventure ke Capilano Suspension Bridge, suatu jembatan gantung yang menghubungkan dua kawasan hutan yang dilindungi – paling utama adalah jembatan di ketinggian 80 m dan panjang 150 m. Di sana sebetulnya hanyalah semacam hutan dengan pohon2 tua douglas-fir dan pohon semacam pinus, serta pohon Maple-daunnya digunakan sebagai lambang bendera Kanada yang dilindungi. Tapi pemeliharaannya sangat bagus karena pengunjung dibuatkan suatu jembatan gantung untuk mengitari hutan sehingga tidak merusak dan aman dari pohon – pohon sekitarnya. Pohon douglas –fir yang terbesar adalah dengan ketinggian sekitar 200 m, diameter 6 m, berumur 300-an tahun. Selain itu ada pula rumah – rumah tyee yang dibuat dari kayu di ketinggian bukit serta rumah semacam orang amerika imigran dari eropa jaman dulu seperti di film-film koboi itu.




Gambar 4. Grouse Mountaint

Sekitar jam 14:30 kita berangkat menuju ke grouse montain dimana disana pada musim seperti saat ini masih ada salju. Di wilayah itu juga masih banyak hewan yang dilindungi di sana seperti beruang grizly bear dan greese hidup di hutan. Dalam menuju ke puncak dari pos bawah kita naik gondola di mana di sana kita juga akan mendapati restoran dan teater in the Sky. Pada musim panas gunung ini dapat didaki seperti gunung Alpine dan banyak para penantang maut melakukan olahraga tandem paradigling. Pas kita sampai diatas akhirnya kita mendapati salju dan sempat lempar-lemparan bola salju selain menggambil gambar di patung – patung Indian. Sepanjang di dalam gondola kita dapati orang – orang dari multi bangsa pada naik untuk main ski termasuk orang China dan Jepang, tidak apakah mereka khusus datang ataukah sudah menjadi penduduk Kanada. Kita turun dari gunung sampai di pos terakhir di bawah sekitar jam 18:00 dan sekitar 15 menit akan sampai di hotel.


23:12:00; 8 Maret 2005

hari ini adalah hari pertama conference. Ada banyak agenda yang dibahas tentang terminal CDMA ini. Ada banyak wakil dari berbagai operator, vendor dan lembaga independen yang hadir dalam acara tersebut. Seperti biasa dalam seminar yang saya ikuti di luar negeri, selalu saja ada berbagai suku bangsa di dunia berkumpul di sini.

Sekitar pukul 18:00, setelah selesai conference kita berangkat jalan kaki menuju ke British Columbia Palace Stadium. Di sana kita akan mengadakan acara dinner di Yacht Charter & Marina di belakang Edgewater Casino. Sampai di sana kita kumpul di dek kapal bagian bawah untuk ngobrol lebih santai daripada sebelumnya. Kenalan dengan banyak orang membuatku lebih belajar bahwa setiap bangsa selalu akan punya keunikan, misalnya orang dari China, Korea dan Jepang relatif memisahkan dari orang lain. Tidak tahu apakah kendala bahasa yang menjadikan mereka berbuat seperti itu. Sedangkan orang keturunan Eropa Timur akrab dan banyak leluconnya. Bahkan ada salah satu orang, namanya Aaron Konvisser dari Nokia, di hari berikutnya bawain aku sirup dari daun Maple (lambang bendera Canada) dan wine (icewine-wine putih) buatan Kanada sebagai lambang persahabatan. Mungkin dia tidak tahu kalau muslim tidak boleh minum wine. Sebagai gantinya temanku dari Indosat yang kebetulan bersamaku memberikan dia bandrek buatan Bandung.


Gambar 5. Museum Waterfront

Di kapal yacht itu kami berputar mengelilingi kota vancouver dan mengadakan acara dinner di dek kapal bagian atas. Sudah lazim kali ya setelah acara makan selesai pada bercanda macam – macam dengan diselingi banyak-banyakan minum wine dan bir. Di meja bagian lain pada teriak-teriak dan mabuk-mabukan. Untung saja aku bareng dengan meja yang agak sopan walaupun sekali – sekali saya keluar untuk melihat keadaan vancouver di malam hari. Sekitar jam 22:00 kami selesai makan dan kembali ke hotel dengan jalan kaki diiringi hujan gerimis. Ugghhh…

9 Maret 2005

Setelah rapat membahas tentang Location Base Services yang sangat low level dan menjemukan akhirnya selesai juga pada jam 16:00. Namun masih ada satu lagi yang harus dibahas yaitu masalah Java di mobile handset. Aku ngantuk sekali sebenarnya, namun pengin tetap mengikuti. Di akhir acara aku berkenalan dengan orang dari Telus, operator dari Kanada, yang berdarah Afghanistan. Dia, yang masih keluarga Sultan Mahmud Ghaznawi, yang raja Afghanistan itu sudah pindah ke sini sejak 1995 dan bekerja di sini.

Malamnya kita dinner di restoran Yachboat, dekat pantai juga. Sebetulnya aku kurang suka juga loh tiap malam acaranya dinner begini, yang nantinya pasti ada aroma wine dan teriak – teriak. Tapi apa boleh buat karena memang agendanya seperti itu yah tidak bisa menolak lah. Restoran ini sangat penuh orang, walaupun mahal sekali. Karena satu lobster katanya bisa mencapai 200 bucks (200 USD). Saya tidak tahu benar apa tidak. Makanya ketika aku tidak habis makan lobster bule di sampingku, Ted Mahan-US Cellular, bilang boleh apa tidak dia ambil capitnya. Oh silakan saja saya bilang, saya sudah cukup kenyang dengan kalamari dan steak-nya yang besar. Sedangkan disamping kiriku ada orang berkebangsaan India yang bekerja di vendor Amerika, tidak makan banyak tetapi suka sekali dengan kerang. Jatahku aku kasi saja ke dia yang isinya kerang. Sedangkan di depanku sebelah kiri Tommy Le yang berkebangsaan Vietnam lumayan ramah. Di depan sebelah kanannya Greg Green orang hitam, yang ehm..sangat menarik kalau dia berbicara seperti nge-rap gitu, tapi baik sekali kelihatannya. Uh I am truly faucking full, katanya. Jam 22:00 lewat kita pulang dengan jalan kaki sambil melihat kota Vancouver selama dalam perjalanan. Akhirnya sampai juga di hotel, aku mandi-sholat isya dan zzzzzzz…rghhh….tidur deh.

10 Maret 2005

Jam 3:30 (jam 18:00 waktu Indonesia) aku sudah kebangun. Mungkin jam biologisku belum menyesuaikan dengan di sini. Ini hari saya harus ngurus tiket pesawat buat balik ke Indonesia, kalau tidak ingin terlantar di Canada hehe. Tapi sudah aja lah mungkin yang pada baca mulai bosan.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Waah senang membaca pengalaman anda selama di Vancouver

Unknown mengatakan...

Waah senang membaca pengalaman anda selama di Vancouver